Seorang Gadis yang Berulang Tahun Sore Ini
Namanya
Red Velvet, warnanya merah merona dengan riasan buah strawberry palsu di
atasnya. Setiap pukul empat sore aku meraba kaca etalase, satu satunya pembatas
di antara kami berdua. Kue manis itu seolah menari nari dalam lidahku, ingin
rasanya kutampar nafsuku sendiri. Kemelut dalam diriku berputar putar dengan
sebuah ingatan tentang hari ulang tahun.
Lembar
lembar yang kugenggam tidak akan pernah cukup untuk ditukar dengan seonggok kue
bermandikan warna merah itu. Bahkan mungkin nyawaku tidak akan pernah cukup.
Ketika
liurku sudah hampir meleleh, seorang perempuan muda berseragam kuning mendekat.
Tersenyum menghampiriku dan menawarkan untuk masuk. Aku menggeleng, mengelap
bibirku yang basah dengan ujung selendang. Melangkah meninggalkan toko kue yang
masih memanggil manggil, membuang jauh jauh harapan akan kecupan di dahi dan
ucapan terimakasih . Aku melempar gulungan bayangan tentang meriahnya pelukan
dari seorang gadis yang sedang menungguku dengan cemas.
Tidak
ada pengulangan tanggal kelahiran, terlebih kelahiran yang tak diinginkan oleh
semesta. Lalu untuk apa aku bersikeras untuk merayakannya dengan gemuruh yang
kubuat buat sendiri?. Lalu untuk apa kumegahkan perasaanku yang pada akhirnya
akan kurebahkan pada gubuk usang tempatku memaki maki seseorang yang akan
kutemui setelah ini?. Tidak, kata 'ulang tahun' tak boleh kukenalkan pada anak
haram itu, itu hanya akan membuatnya besar kepala. Sudah cukup seluruh hidupku
menderita, jangan lagi aku terbebani dengan perayaan yang tidak pernah diperlukan.
Kuseret
kakiku, terseok seok, melempar perabot kerjaku. Menyiapkan kata kata pedas
untuk seseorang yang akan menyambutku dengan pelukan dan bisikan kecil 'Mama'.
Esok masih akan ada hari. Esok masih akan ada waktu untukku mengais rezeki yang
ditakdirkan untukku meski tak seberapa. Menunjang hidup perempuan kecil berdebu
di sebelahku ini memang tak pernah ringan. Namun aku tidak akan pernah
berhenti, meski tak juga berhenti mengata ngatai.
Diam
diam aku mengucapkan ‘Selamat Ulang Tahun’. Tapi tak jadi kucium pipinya yang
merah bernodakan lumpur kering yang tak pernah mau pudar karena jarang mandi.
Hari ini tepat enam tahun kulahirkan gadis kecil ini ke dunia, tanpa sesosok
manusia yang mau dipanggilnya dengan kata ‘Bapak’.
Bayangan
benda di etalase toko menari nari, kuusir jauh jauh. Sekuat aku mengeyahkan
tangan mungil perempuan ini ketika ia berusaha merengkuhku.
Aku
tak membencinya.
Namun,
aku juga tak pernah benar benar menginginkannya.
-
Malang
13.21
Monday
24 Sept 2018
http://allrecipesforcupcakes.blogspot.com/2014/12/red-velvet-cupcakes-recipes-for.html
Komentar
Posting Komentar