Rindu yang Kita Tangisi
Kita bertemu lagi, akhirnya.
Tidak saling memulai kata kata, menelan keegoisan masing masing. Masih terpatri jelas dalam ingatan bagaimana pertemuan terakhir kita. Duduk di meja yang sama, memesan minuman yang sama, dikuasai amarah yang sama sama kuatnya.
Lalu saling meninggalkan dengan hujaman kata 'cukup sudah'. Tak pernah ada selamat tinggal yang menyelamatkan kita berdua. Berbalik arah, melepaskan ikatan dengan gegabah.
Tetapi, kamar kita masing masing toh sudah cukup tahu. Rindu rindu yang menikam dari dekat, menjadikan kita erat mendekap pigura, menangisinya hingga kalis. Dinding dinding kamar kita lebih dari paham siapa orang yang kita inginkan. Meski jutaan kali perasaan disangkal, dia tak pernah angkat kaki barang sejengkal.
Dua kursi dan satu meja, kali ini.
Bertemu kembali, setelah sekian lama saling membelakangi diri. Kembali disatukan di atap kedai kopi yang sama. Setelah sekian ratus hari kita berdua saling berusaha untuk tak menghubungi.
Rindu rindu yang menggenang, rindu yang kita tangisi, berakhir di sini. Di tempat terakhir kita bertemu.
Bercampur dengan riuhnya adonan perasaan yang baru.
-
Menuliskan cerita dari sebuah lagu berjudul: Rindu yang Kita Tangisi -Elegi.
Malang,
02.35
Sunday 19 May 2019
gambar diambil dari: tumblr
Dua kursi dan satu meja, kali ini.
Bertemu kembali, setelah sekian lama saling membelakangi diri. Kembali disatukan di atap kedai kopi yang sama. Setelah sekian ratus hari kita berdua saling berusaha untuk tak menghubungi.
Rindu rindu yang menggenang, rindu yang kita tangisi, berakhir di sini. Di tempat terakhir kita bertemu.
Bercampur dengan riuhnya adonan perasaan yang baru.
-
Menuliskan cerita dari sebuah lagu berjudul: Rindu yang Kita Tangisi -Elegi.
Malang,
02.35
Sunday 19 May 2019
gambar diambil dari: tumblr
Komentar
Posting Komentar