Untitled








Ada kamu di ruang tamu, sedang bercerita dengan ayahku. Bukan mengenai hal hal yang berat, hanya seputar bahan bahan bangunan yang membuat rumah agar tampak kokoh. Lalu sayup sayup, kudengar Bapak menimpali ringan 'Rumah tangga yang harmonis di dalamnya, jauh lebih menguatkan dibandingkan beton jenis apapun'.



Dua batang rokok yang tinggal puntungnya, menjadi saksi bagaimana hangatnya tangan Bapak menepuk pelan bahumu. Lalu beliau bilang 'Saya hanya punya satu anak gadis. Saya berusaha lakukan apa saja yang membuat dia bahagia. Ketika kamu telah memilihnya, mau tak mau, kamu akan menggantikan peran saya'.


Percakapan hampir berakhir ketika mendekati pukul sembilan malam. Waktu berkunjung telah habis. Pelan pelan kutinggalkan pigura yang sejak tadi kupeluk. Keluar, mengantar kamu hingga ke beranda. Basa basi sejenak 'Hati hati di jalan ya, kabari aku kalau sudah sampai', lalu berdiri di samping Bapak yang sedang memasukkan tangan kanannya ke saku celana. Melambaikan tangan, melepasmu pergi dari halaman.



Bapak berkata 'Dia laki laki yang baik'.


Dan aku setuju.


Lalu aku kembali. Membujuk diriku sendiri untuk memaafkan segala hal yang pernah terjadi. Menerima yang baru. Meletakkan kamu di masa depan, seperti saran Bapak.



Tetapi, lagi lagi ..



Ada bingkai foto yang masih renyah kutangisi, yang tidak ada kamu di dalamnya.

-

Foto diambil dari: canva.com

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer