Kembalinya Aku di Ladang Perapian

 



Rasanya dadaku penuh sesak. Pernikahanku sebulan lagi. Ada banyak jenis dan rupa ujian yang telah kalis aku cicipi. Apakah orang orang mempersiapkan pernikahannya dengan riang gembira? Atau hampir sama denganku yang harus mati matian bertarung dengan diri sendiri agar tetap waras?

                Aku sangsi apakah kamu benar benar bisa diandalkan dalam mengatur rumah tangga katanya di tengah pertengkaran kami.

Kuakui selama bertahun tahun aku bekerja, fokusku hanya pada mengumpulkan pundi pundi uang. Aku sibuk menghitung berapa jumlah uangku agar cukup untuk membantu orang tuaku. Sebagai gadis dari sebuah pedusunan terbelakang di Jawa Tengah, aku harus bisa pastikan bahwa pestaku nanti cukup untuk memenuhi perut ribuan orang.

            Kamu tidak banyak belajar” tambahnya.

Seperti ada dua ratus sembilu yang saat ini menghujam jantungku. Ada banyak kegiatan yang aku bisa pilih di luar sana. Tapi aku memutuskan untuk tidak pernah keluar sekalipun itu hanya ngopi ngopi cantik. Keluar satu kali untuk seloyang pizza sama saja dengan mengalokasikan uang belanja semingguku hanya untuk sekali makan. Padahal kan di kemudian hari aku harus menikah dengan modal ratusan juta. Satu satunya alasan mengapa aku kurang menyenangkan diriku sendiri adalah impian pernikahanku.

Meskipun, bertahun tahun juga aku tidak yakin akan menikah dengan laki laki yang kini jadi kekasihku. Atau mungkin juga kekasih orang lain di luar sana. Aku hanya menjalani hidupku yang biasa biasa saja. Mengumpulkan uangku, sembari terus berdoa agar aku siap dan tidak terlihat miskin miskin amat untuk dinikahi.

Umurku kini dua tujuh. Tidak ada lagi untuk menanti seseorang yang katanya bak Pangeran itu. Khayalan tentang jodoh yang sempurna. Laki  laki tampan dan mapan yang kabarnya punya kastil megah, yang tahu bagaimana cara memperlakukan perempuannya.

Tiada waktu lagi. Tinggal menghitung berapa malam yang bisa kuhabiskan dengan diriku sendiri. Seumur hidup memang terlalu lama. Tapi bagaimana jika kita tak cukup punya waktu dan opsi untuk kabur dari pernikahan yang jauh dari yang kita damba dambakan sejak lama?.

Kini aku kembali ke Ladang Perapian. Membakar tubuhku sendiri.

Jika nanti aku jadi abu, aku berharap akan ada banyak angin yang dengan suka rela mengajakku menari nari di angkasa.

Aku ingin lepas.

 

----

Semarang, 17 Mei 2024. 10:15 AM

Gambar diambil dari tumblr.com

 

Komentar

Postingan Populer