Tapi...
Jaket jins yang hampir basah kuyub tampaknya belum
cukup untuk menakhlukan karang keras yang bersembunyi di balik jantungnya. Atau
mungkin dua kotak hadiah yang diam diam kusiapkan di atas meja dan di saku
celana juga masih terlalu murahan untuk menggenapi apa yang ia inginkan. Sebuah
makan malam mewah di pinggiran kota tak cukup untuk meminang mata beningnya
menjadi milikku selamanya.
“Tapi,
kau memiliki kekasih. Dia masih hidup. Masih sehat, cantik dan bugar” dia
mengulangi kalimatnya, ditambah satu dua kata.
Kuseka tetes tetes keringatku yang menggantung di
hamparan dahi. Sudah bercampur dengan asinnya air hujan. Dua lembar tisu
kutarik dengan kasar, mengelap air yang menempel di tubuhku. Tanpa sedikit pun
harapan ada tangan lembut yang membantu merapikannya agar tak ada sisa sisa
kertas yang tinggal di permukaan kulit.
“Tapi,
kau masih memiliki kekasih. Masih sehat, cantik dan bugar. Dia bisa kapan saja
mencariku”
Sesuai dengan pesanan yang kurencanakan jauh jauh
hari, sebuah baked salmon datang.
Makanan kesukaan perempuan ini. Kubilang pada pelayannya bahwa salmon harus
benar benar matang, kulitnya sedikit krispi dan tidak menyerap banyak air.
“Tapi,
kau masih memiliki kekasih. Masih sehat, cantik dan bugar. Dia bisa kapan saja
mencariku. Dia bisa membunuhku kalau mau”
Dua potong salmon bergiliran melewati bibirnya yang
merah merekah. Tak ada sedikitpun perhatiannya tertuju pada kotak hadiah warna
hijau muda di dekat lilin yang sudah kusiapkan dari tadi. Mungkin memang
sedikit basah, tetapi sudah kuseka dengan tisu. Kurasa sudah cukup pantas untuk
merasakan sentuhan jari lentik yang kini sibuk dengan sendok dan garpu itu.
Tetapi jari itu masih menikmati halus permukaan sendok, tak sedikitpun seperti
ada niat berpindah ke sini, ke pipiku yang masih sedikit basah oleh air hujan.
Malam mulai berdamai dengan rasa rindu yang bertumpuk
di serambi jantungku. Salmon telah berpindah ke perut gadis cantik ini.
Sampanye telah tertuang setengah botol, mengisi dua gelas piala yang sedari
tadi sibuk bercumbu dengan sepasang bibir yang mungkin juga sudah tak bisa lagi
menahan diri untuk saling melumat. Tetapi aku masih sabar, malam masih panjang. Jam kencan masih berjalan.
Kadang kadang aku seperti lelah menunggu. Sebenarnya
jika kalimat ‘merebut kekasih orang’ itu tidak diberi cap sebagai perbuatan
terkutuk, tentu aku akan dengan senang hati melakukannya. Tetapi aku masih
hidup di bumi. Dimana ada banyak mulut yang tak perlu direm untuk mengurus
kepentingan orang lain. Juga aturan dan tata krama yang bagiku hanya terkesan
bodoh dan sok tendensius.
“Krisan
oranye bukan suatu ide yang buruk, tetapi juga tidak terlalu hangat untuk
ukuran orang sepertiku. Lain kali bawakan aku bunga teratai seratus ikat. Aku
yakin kamu akan mendapatkanku dengan cepat” katanya, setengah menggodaku.
Matanya mengerling ke arah buket krisan yang tergeletak di atas meja. Gadis
gila! Aku bisa dikejar kejar petugas dinas pertamanan jika nekat mencari bunga
teratai untuknya!.
Kuremas tangkai krisan di tanganku. Melepaskannya
perlahan lalu menatap mata coklat di depanku. Pandangan kami bertemu. Dia
menantang dengan menggerakkan bibir bawahnya.
“Jangan
menatapku seperti itu jika tak kau belikan satu botol anggur lagi” katanya.
Sekali lagi kuseka titik titik air yang membanjiri
dahiku. Sudah berkali kali aku melirik jam di pergelangan tangan. Malam belum
meninggi, masih terlalu dini untuk membawa perempuan ini menginap di kasur
apartemenku yang wangi.
“Kalau
kau bersedia, aku akan berikan segalanya” kataku sebagai bahan pembuka. Sudah,
sebenarnya sudah ada banyak materi yang kuberikan secara cuma cuma. Waktu,
tenaga, uang, harta, kekayaan dan juga sekeping hatiku yang telah lama muram.
Semua miliknya, tanpa terkecuali.
Tak ada sahutan. Gadis ini sibuk mengedip ngedipkan
matanya, entah karen apa. Membuat antingnya bergoyang goyang pelan.
“Bahkan
jika aku mampu menenggelamkan hari menjadi lebih dari 24 jam demi bisa
bersamamu, aku akan lakukan. Sayangnya aku hanyalah manusia biasa yang tak bisa
berbuat banyak, terlebih yang berkaitan dengan waktu” kusambung kalimatku
sebelum ada kata kata yang keluar dari mulut gadis ini.
Aku sepenuhnya sadar jika kami berdua disibukkan
dengan berbagai aktivitas yang tak bisa disalahkan sepenuhnya. Aku dengan
duniaku, dia dengan dunianya sendiri. Masing masing dari kami memiliki porsi
yang tak sama. Meski masih sempat bertemu di waktu waktu luang, atau waktu yang
direncanakan seperti malam ini.
“Tetapi
kau memiliki kekasih” katanya, tanpa ragu meraih gelas pialaku dan menuangkan
anggur ke dalamnya hingga hampir penuh. Dia berkata seperti itu seolah dia
sendiri tak memiliki kekasih dan di antara kami tak ada rasa saling memiliki.
Bukan hal mudah untuk memelihara hubungan kami berdua
hingga detik ini. Aku dan perempuan ini harus mengatur banyak strategi untuk
bertemu, berkencan, dan bercinta. Masing masing dari kami memiliki kekasih yang
mungkin saja sudah siap meninggalkan. Tetapi toh cinta itu begitu buta. Apa
yang bisa menghalangi jika kami berdua sama sama saling menginginkan setengah
mati?.
“Kencan
selanjutnya aku mau makan daging sapi, dengan potongan hati dan ampela. Segera
pikirkan baik baik ya kita akan makan di mana. Aku mau yang tidak terlalu
matang, saus yang terbaik, juga anggur yang sama dengan malam ini” tiba tiba
dia mengubah arah pembicaraan.
Aku hanya mengangguk.
Nanti, pada pukul sebelas malam aku akan menggandeng
tangannya. Tentu saja setelah memastikan segala hal tersusun rapi. Kekasihku
telah tidur, dan kekasihnya sibuk bekerja. Tentu saja tak akan kusia siakan
malam yang kusisakan untuk perempuan ini.
Tentu saja aku tidak lupa mempersiapkan diriku
sendiri. Leherku dan aliran darahku, juga banyak tisu yang mungkin juga tidak
akan cukup untuk mengusap banyak darah yang nanti berceceran di lantai, di
seprai, di jendela, atau di lantai.
Nanti, saat kami bercinta.
Kutatap perempuan ini, matanya teduh. Lalu ia
tersenyum, menunjukkan taring tajamnya. Seolah olah bertanya ‘Kau pakai parfum aroma
apa untuk lehermu malam ini? Aku ingin menggigitnya dengan lembut dan kasar,
nanti. Nanti ketika kita tiba di sofa apartemenmu’.
-
Malang
06.44
30 March 2019
gambar diambil dari:http://kairafanan.co/boy-drawing/
Komentar
Posting Komentar