Cuaca
Saya rasa, saya ingin kamu di sini.
Pukul 14.36, waktu Malang. Apakah di sana kamu sedang memperhatikan waktu yang sama?
Di sini, di kotaku sebentar lagi akan turun hujan. Aku lupa, kali ini aku tak perlu mengingatkan padamu. Kali ini aku tak perlu memberi pesan singkat tentang jaket dan jas hujan.
Saat ini, aku harap kamu sudah harus hafal bagaimana cara menghadapi susahnya menghirup udara di kala cuaca sedang lembab lembabnya.
Aku juga berharap, kamu tak perlu tahu bahwa mataku sedang sembab.
Hari ini, mungkin kotamu sedang berkata jika segalanya akan senantiasa baik baik saja.
Seperti keadaanmu tanpaku.
Tapi, detik ini juga kotaku berkata hal lain.
Alih alih merasa bosan melihatku menangis, dia malah mengingatkanku bahwa jauh di dalam sini masih ada kamu.
Lalu sekarang aku harus bertanya pada siapa? Aku harus bagaimana agar kau enyah sesenti saja dari kuasa alam sadarku?
Menulis ini, aku merasa jika aku sedang menatap matamu. Mengatakan segalanya. Seperti melihat wajahmu di depanku.
Nyatanya, aku tak pernah baik baik saja setelah kepergianmu.
Aku tak cukup bodoh untuk tak berusaha, aku sudah melakukan banyak hal.
Tapi ternyata semuanya tak pernah cukup, pikiran pikiran tentangmu masih saja membuatku gugup.
Apa kamu tak pernah mendengarku? Apa teriakanku saat ini tak cukup bisa kau indera?
Sayangnya, cuaca tak cukup buruk untuk mengabarkan semua.
Bahwa aku masih mencinta, bahkan hingga detik ini ketika kata terakhir tercipta.
-
Komentar
Posting Komentar