Athena dan Mas Isal




Athena dan Mas Isal



Aku menyebutnya Mas Isal.


Lelaki berambut ikal yang dulu pernah satu atap denganku ketika sekolah menengah pertama. Aku mengingatnya dengan baik sebagai seseorang yang juga pernah satu perasaan denganku, dulu.


Hari ini, langkah kaki mempertemukan kami berdua. Tak banyak yang berubah darinya, itu yang aku rasakan. Masih saja hangat, sibuk menanyakan aktivitasku yang dia tahu. Kubilang aku sangat sibuk hingga tak sempat menengok apa apa yang setidaknya bisa mendekatkan kita termasuk jejaring sosial.


Dia katakan sedang membereskan proyek seninya di sini. Aku mengangguk. Satu tahun setelah kami berpisah kala itu, dia belum jadi apa apa. Kini, ketika sudah genap tiga tahun kami saling tak berkabar, aku ikut bahagia. Aku dan dia sama sama menjejakkan langkah di Yunani, negeri yang mau kita jelajahi bersama waktu itu.


Mas Isal, pamit undur diri ketika arloji di pergelangan tanganku menunjuk angka lima. Kukatakan bahwa hari masih panjang, masih pukul lima sore. Tapi dia bilang ini adalah waktu yang tepat untuk kembali pada rutinitas. Ada banyak hal yang harus kukejar, katanya dengan tersenyum.



Aku maklum, kulepas pandanganku dengan berat hati. Meskipun sudah tak lagi tercabik rasa rindu, kuakui jika banyak kenangan tiba tiba berjubel di kepalaku. Kubiarkan Mas Isal berlalu. Kubiarkan ia ditelan cahaya merah dari balik bukit. Aku menikmati Athena kembali, sendirian.


Kemudian aku sadar telah melakukan kesalahan.


“Ah sial, kenapa tadi tak kubilang sekalian?!” gumamku.


Mataku menerawang jauh, melibas sore yang hangat. Athena secantik yang kukira. Athena secantik perasaanku yang sedikit berbunga bunga.


Aku terendam kenangan.
­

-


Kuberi tahu bagaimana nelangsanya waktu itu.


Aku dan Mas Isal terbiasa dipisahkan oleh jarak.


Sudah terbiasa tidak saling bergantung. Aku sibuk, Mas Isal apalagi. Kami hanya saling terhubung melalui pesan singkat setiap hari. Kadang kadang saking nelangsanya, aku sering menangis sendirian karena ditimpa kangen. Tidak bisa saling menatap karena disekat banyak kesempatan yang belum menjadi hak kita masing masing.


Pada mulanya, Mas Isal yang menyukaiku lebih dulu.


Lalu aku merindukannya lebih sering.


Pada mulanya, Mas Isal yang mengejarku.

Namun kemudian, aku yang banyak menahan kepergiannya. Aku yang banyak menangis karena tak mau ia melangkah pergi.


Pernah suatu ketika, aku memergoki Mas Isal yang menyukai perempuan lain. Aku marah, aku ingin berpisah. Mas Isal pasrah, meski ia tahu dia tak kan pernah mendapatkan perempuan itu.


Kami saling menjauh, hanya bertahan satu minggu.


Hingga akhirnya aku kembali menerimanya.


Aku mau mengalah, demi perasaanku yang sudah tak bisa lagi dibelah.

Aku mau Mas Isal.

-


Ini adalah musim gugur, atau lebih tepatnya musim gugur yang sebentar lagi akan berganti menjadi musim dingin.


Orang bilang, Athena bia menyentuh angka minus sepuluh derajat saat musim dingin.


Orang bilang, Athena luar biasa indah.


Aku setuju.


Diluar pemikiranku bahwa aku bertemu dengan Mas Isal di sini.


Risetku sebentar lagi selesai, aku juga harus selesai dengan perasaanku.


Mas Isal, aku meminta maaf.


Besok aku harus pulang ke Indonesia.


Tanpa sempat berkabar,


Aku akan menikah bulan depan.



-

Malang
Tuesday 26 December 2017 15.06

Komentar

Postingan Populer