Apakah Saya Seorang Penulis?




(Hanya ingin sharing, biar gak salah paham sebaiknya bacanya santai aja. Sambil ngopi juga boleh)


Salah satu hal yang menjadikan saya menyukai dunia tulis menulis adalah ‘Penulis adalah seniman’. Ya, seorang penulis juga bisa disebut seorang pekerja seni. Seni erat kaitannya dengan keindahan.


Nama saya Esti Setyowati, asli dari sebuah desa terpencil di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Sebuah daerah yang bisa dikatakan cukup susah akses bukunya. Apalagi saat ini ketika banyak generasi muda yang lebih suka memainkan gawai daripada membaca buku.


Saya dilahirkan dengan segala keterbatasan. Namanya juga orang desa. Akses internet waktu itu masih cukup sulit. Televisi di rumah saya hanya satu, kecil, hanya bisa beberapa saluran tivi lokal yang acaranya membosankan bagi anak kecil. Tidak seru.


Ketika mulai pandai membaca, saya melarikan diri dari kebosanan dengan membaca tulisan apa saja yang saya temui. Mulai dari cerita pendek, berita di koran, majalah, bahkan buku buku paket SMA milik kakak saya (kala itu saya masih sekolah dasar). Sangking terobsesinya saya dengan buku. Sudah kecanduan, susah lepas.


Novel pertama yang saya baca adalah gubahan Mira Wijaya berjudul ‘Jendela SMP’. Usia sepuluh tahun tapi saya membaca novel remaja. Semua erat kaitannya dengan yang namanya keterbatasan itu tadi. Karena sudah tidak ada lagi yang bisa saya baca.


Kegemaran saya dalam hal membaca tidak pernah lepas dari obsesi saya lainnya yakni menulis. Tulisan pertama saya adalah sebuah puisi ringan tentang bunga. Kala itu usia enam tahun, sedang asyik asyiknya belajar membaca dan menulis. Saya tulis sendiri puisi saya di atas kertas. Ditempel di dinding kamar (waktu itu sedang booming mading/majalah dinding sehingga saya ikut ikutan).


Lalu SMP saya mulai nulis nulis ala ala novel teenlit. Di kertas sisa sisa ulangan. Tidak jelas mengapa saya banyak menulis hal yang bersifat ‘khayal’ seperti itu. Hanya mengeluarkan segala isi di kepala saya. Banyak script cerita yang menurut teman teman saya bagus, namun sayang sering tidak dilanjutkan karena kehabisan ide. Namun selera bacaan saya waktu itu sudah lumayan, saya menghabiskan tujuh sekuel Harry Potter, The Lord of The Rings, Twilight dan beberapa karya ringan lainnya seperti serial Lupus. Tak lupa karya karya sastra lama seperti Robohnya Surau Kami ataupun Ronggeng Dukuh Paruk.


Mulai beranjak SMA kegemaran membaca saya sedikit terkikis karena banyaknya kesibukan yang menyita waktu. Tetapi saya masih sering menulis script di buku. Sampai pada suatu ketika saya naksir kakak kelas, setiap mau berangkat tidur saya selalu menyempatkan membuat puisi untuknya. Namun sayang, hingga beliau lulus dan berkuliah di Jogja, saya sama sekali tidak pernah berbicara dengannya.


Memasuki masa kuliah saya kembali bersemangat menulis. Memang tulisan saya terkesan banyak yang ‘menye- menye’ alias berkisah tentang kegalauan. Tetapi saya rasa itu sah sah saja. Tidak ada undang undang resmi yang melarang hal itu.


Tetapi saya adalah penulis yang malas. Terbukti hingga hari ini tulisan saya belum ada yang diterima di media cetak manapun. Saya masih setia menjadi kontributor Kompasiana, sebuah media warga berbasis blog yang memungkinkan karya saya dinikmati lebih banyak orang. Sekian lama berkecimpung di dunia Kompasiana, baru dua karya saya yang masuk artikel utama. 





Saya juga pernah beruntung menjadi penulis terpilih pada kompetisi Storial.co. Hadiah dari kompetisi itu ialah sebuah tiket workshop Dewi Lestari/Dee. Namun sayang sekali saya tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut karena terhalang oleh agenda lainnya. Lalu tiket saya dilelang oleh pihak Storial.



Beberapa cerpen saya di blog ini memang masih tergolong cerpen yang biasa biasa saja bahkan bisa dibilang ‘kacangan’. Mengingat masih sedikitnya viewers yang saya peroleh. Namun memang sejujurnya saya tidak terlalu peduli dengan pasar. Pasar hanyalah trigger, sementara bagi saya menulis adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan. Pun ketika nanti saya memutuskan untuk menelurkan sebuah karya, tentu itu juga melalui banyak perjalanan panjang. 


Jadi apakah saya adalah seorang penulis? No, saya belum sampai pada titik itu. Saya masihlah ‘anak bawang’ yang harus makan banyak asam garam sebelum siap melahirkan karya. Agar ‘anak’ saya nanti lahir sempurna dan bermanfaat bagi sesama.


See you,
Much love

Imonagura.

-
Monday10.45
24 Dec 2018
Gambar diambil dari: https://www.google.com/search?q=writing+tumblr&safe=strict&client=firefox-b&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjyq8-Mx7ffAhXEYo8KHXpsDeYQ_AUIDigB#imgrc=evJl3k_DRfEUHM:


Komentar

Postingan Populer