I Can Hear You.
Sebagai
mahasiswa tingkat akhir, saya menyadari bahwa pola pikir yang saya punya
haruslah beberapa tingkat lebih ‘tinggi’ ataupun bisa dibilang ‘lebih tua’
daripada mereka yang baru saja menjejaki langkah sebagai mahasiswa (baru).
Tentunya dengan segala kekurangan yang saya miliki, mau tidak mau saya harus
senantiasa menjadi ‘yang dituakan’. Entah itu ketika dimintai pendapat ataupun
hanya dimintai saran saran ringan dan saya bahagia dengan hal itu.
Mungkin
secara pengalaman saya masih kalah dengan mereka mereka di luar sana. Saya
hanya punya rasa empati yang kadang kadang berlebih. Pun ketika sedikit saja
saya membaca beberapa tulisan yang cukup ‘menyentuh’ di sosial media, tak
jarang saya menangis. Terharu, romatis overdosis, lebay level maut, atau apalah
istilahnya.
Well,
menjadi pribadi yang memiliki rasa empati juga bukan hal yang mudah. Justru
saya harus melewati banyak hal untuk dapat berada pada posisi ini. Seperti
ketika pada suatu hari saya memesan ojek online pas keadaan hujan, drivernya
terlalu lambat karena tidak hafal posisi fakultas saya, sementara saya sedang
terburu buru, driver tidak bawa jas hujan lebih (hanya satu) dan memaksa saya untuk berbasah
basahan dalam jarak perjalanan yang tidak dekat. Tentunya saya berhak marah
dong pada waktu itu, saya customer, customer adalah raja. Ojek online adalah
perusahaan berbasis start-up raksasa
yang bisa saya dengan ‘satu klik’ dan sebaris komentar pedas saya di kolom
review akan membuat driver itu kehilangan pekerjaannya saat itu juga. Tapi
apakah saya sebaper itu?.
Rasa
empati mendorong saya untuk lebih bertoleransi. Dalam dinginnya siraman air
hujan yang deras, cipratan air jalanan yang mengenai celana dan sepatu saya,
saya diingatkan Tuhan untuk merenung. Saya hanyalah seorang mahasiswa yang
mungkin daya tubuhnya bisa berubah ubah, sah sah saja jika misal besok saya
sakit lalu menuntut perusahaan ojek online itu untuk bertanggung jawab. Tapi,
bagaimana dengan bapak driver saya tadi?. Beliau adalah seorang kepala keluarga
yang dengan ikhlas dan rela menjemput saya di kala hujan ketika driver lain
sibuk berteduh. Bagaimana jika bapak driver itu sakit? Siapa yang akan
bertanggung jawab dengan keadaan anak anaknya?.
Pun
ketika ada banyak orang yang mengeluh ketika driver mereka sering mengajak
ngobrol. Hanya karena dasar ‘saya nggak kenal kamu’, lalu ogah ogahan menjawab.
Well, hello human.. kita ini sama sama makan nasi loh. Boleh sih badmood, boleh kamu egois. Mungkin saja
sedang tidak mood untuk diajak
berbicara sementara drivermu semangat sekali menyuguhkan topik. Sedangkan kamu
tidak tahu masalah apa yang sedang beliau alami. Kepahitan apa yang dia
sembunyikan ketika sedang bekerja. Ayolah, dengan merespon obrolan ringannya
mungkin bisa kok sedikit meringankan bebannya. Ini hanyalah tentang bagaimana kita
menghargai orang lain.
Pernah
mendapati kasus depresi yang merenggut anggota keluarga membuat saya berusaha
untuk menjadi pribadi ‘penolong’ meskipun hanya terbatas dalam ranah
‘bercerita’. Saya berusaha untuk menjadi sesorang yang ‘Hey, aku ada loh. Kalau
kamu butuh teman untuk sekedar ngomong dan menumpahkan masalah kamu, aku bisa’.
Saya adalah kakak perempuan bagi kalian yang membutuhkan waktu untuk bertemu. Saya adalah saya yang bisa kalian temui di waktu waktu sibuk saya demi secangkir latte hangat. Mungkin saya hanya bisa mendengar, memastikan jika lawan bicara saya lega
setelah saya peluk, setelah menangis dengan tersedu sedu. Saya hanya bisa
mengatakan bahwa semuanya akan baik baik saja selama Tuhan masih disimpan dalam
dada dan keimanan ada. Saya bisa menjadi yang orang yang memperhatikan lekuk
mata, bersabar dengan gesture cerita, dan air mata yang sewaktu waktu membuat
khawatir.
I
can hear you, siapapun kamu kedudukannya adalah sama di hidup saya. Kamu
penting, kamu esensial. Kamu berharga di mata saya.
Selama
saya masih ada, saya akan berusaha untuk ada untuk kalian. Saya siap mendengar,
meskipun tanpa memberi masukan. Meskipun saya nggak perlu bilang ke kamu bagaimana
sudut pandang saya.
Saya
hanya punya rasa empati, semoga saja itu cukup untuk menjadikan kamu beruntung
dapat mengenal saya.
-
Prolog dulu mbak, nama kamu siapa dan bla-bla-bla😁
BalasHapustak kenal maka tak sayang :)
HapusNah itu tahu😁
Hapusmungkin bisa ketik 'imonagura' di google lalu lihat apa yang terjadi, yaaa nggak terjadi apa apa :(
Hapus