Hello Doctor :)
Dua dinihari.
Lembar Ms. Word di depanku masih kosong. Dua kalimat-hapus, tiga kalimat-delete. Begitu seterusnya hingga tiga jam yang kuhabiskan di depan monitor rasanya seperti tak berfaedah sama sekali.
Lenganku masih berdarah, sedikit sih. Sisa luka kemarin. Sederhana, hanya karena kurang hati hati saat meloncat pagar pembatas. Terkena kawat berdurinya.
'Kamu sih aneh aneh aja' dia membebat lukaku dengan perban dan plester. Kacamatanya sedikit diturunkan ketika sudah hampir selesai. Dia bilang aku nakal, sok sokan loncat padahal ada pintu keluar yang lain.
'Kelamaan kalo lewat depan mah' kataku saat dia masih mengomel. Ah lelaki ini lebih bawel dari ibuku ternyata.
'Kalo mandi jangan dikenai air, nanti nggak sembuh sembuh' pesannya. Menutup kotak P3K nya kemudian, sempat dicubitnya pipiku.
'Kamu nakalnya dikurangin dikit napa?' ujarnya.
Fakultas Kedokteran ini tampak lengang. Hanya ada satu dua mahasiswa yang sedang belajar. Sibuk dengan alat peraga seperti -apa itu namanya- mirip bentuk tulang tulang dan organ dalam. Beberapa sedang sibuk mengetik sambil nyemil, tidak ada candaan di sini.
'Mau balik?' tanyanya membuyarkan pandanganku. Aku menggeleng.
'Aku mau bolos jam ke 3, dosennya malesin'
Dia menggeleng gelengkan kepala. Kuangkat alisku seolah bertanya 'kenapa emang?'
'Kamu tuh udah sering bolos, Yang. Nggak bosen kriminal terus?'
'Yang penting aku nggak pernah bolos buat ngisiin hati kamu'
Dia hanya tersenyum tipis. Membetulkan letak kacamatanya.
'Aku ikut kamu ke kelas ya'
'Jangan'
'Aku bosen belajar tanaman mulu'
'Mau belajar tentang manusia?' dia bertanya.
Aku mengangguk pasti.
'Yaudah, pelajari aku aja'
Tersenyum aku mengingat kejadian di hari itu. Ah pacarku, kau terlalu lugu. Tak bisa menjelaskan pula apakah ada yang salah dari hormonnya sehingga dia bisa jatuh cinta padaku.
'Besok ke sini lagi ya, aku periksa lukamu lagi'
Kalo begini caranya, aku mau deh bikin luka tiap hari.
-
Komentar
Posting Komentar